Semua orang memandangku sebagai
pencinta sunyi setiap waktu..
Selang beberapa hari kemudian,
aku tetap dalam sepi dan kaku..
Aku ragu pada bibirku sendiri
"DAN BISU LAH AKU"..
Aku ragu pada telingaku sendiri
"DAN TULI LAH AKU"..
Aku seperti seekor naga yang
marah terkendala awan menjepit..
Ruang, gerak dan batas bersekat
tembaga di bilik sempit..
Aku harus bicara dengan kakiku
terlebih dahulu sebelum pergi dari rumahku..
Aku ingin angin menjadi sepasang
mata buat kakiku.. Tapi......
Kini aku telah berubah menjadi
kenangan pilu bagi orangtuaku,
adik-adikku, saudara-saudara ku,
kekasihku dan sahabat-sahabatku..
Ibarat penyair yang terusir..
Ke tempat paling jauh aku
menyingkir..
Pada suatu siang,,
aku sedang duduk mematung dibawah
cuaca kering sesakkan jantung..
Dan pada suatu malam aku terjaga
di tepi kiri asap dan haru..
Dalam keramaian tawa asing oleh
teman baru..
Lama-lama aku lelah dengan diriku
sendiri..
Dan ingin bergegas memeluk
orang-orang yang ku kasihi..
Aku takut mereka tak mengenal aku
lagi..
Yang hilang dari catatan waktu
malam dan pagi..
Tapi hari ini akan kucoba lebih
tegar..
Ku bukukan semua,,berharap nanti
kalian dengar.. Karena puluhan puisi telah lahir disini..
Puluhan puisi juga telah mati
disini..
Aku ada di Utara.. Aku ada di
Selatan..
Di langit,, di bumi..
Aku ada di Barat.. Aku ada di
Timur..
Di sorga,, di neraka..
Kini.... Aku menangis,, aku
meratap..
Aku menjerit,, aku menghiba..
Aku berbisik,, aku berseru..
Langit ini tak benar-benar biru..
Tidak ada yang lebih membuatku
sengsara
selain mendengar suara pesawat,
mobil, motor
yang memaksa ingatanku kembali ke
masa lalu untuk sementara..
Arrgghhhh....
Kopi ini menjadi dingin tak lagi
nikmat..
HADAREWA
TODU
(Diambil dari rubrik Sastra Cyber majalah Purakasastra Edisi 1)